BAB I
PENDAHULUAN
A.
Laterbelakang
Melahirkan merupakan sesuatu yang di
tunggu seseorang yang sedang hamil, banyak ditemukan proses persalinan yang
lama pada ibu hamil saat melahirkan. Keadaan ini sangat menyiksa ibu dan beresiko
pada kematian bayi. Permasalahan ini bisa diatasi dengan muncunya alat yang
dapat mempercepat proses persalinan yaitu dengan Vacum.
Selama berabad-abad berbagai alat yang
mempunyai rancangan mirip klem telah digunakan untuk membantu kelahiran janin,
namun selama 300 tahun telah berkembang ide yang memanfaatkan prinsip traksi
bantuan vacuum sebagai suatu metode yang membantu usaha ekspulsi dari
ibu.konsep ini berawal dari penggunaan vacum untuk reduksi fraktur depresi
kranium pada awal 1600 an. Tanpa memperhatikan desain cawan vacum, pemeliharaan
terpenting adalah keberhasilan memelihara kevacuman.
B.
Tujuan
Adapun tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Agar penulis
dan pembaca mengetahui apa yang disebut dengan Ekstraksi Vacum
2. Mengetahui masalah keperawatan pada ibu post
ekstraksi vacum
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Ekstraksi vakum
adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga
negatif (vakum) di kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse.
Ekstraksi vakum
merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran
dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Oleh
karena itu, kerjasama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya,
merupakan faktor yang sangat penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga
dorongan dengan tarikan ke arah yang sama.
Tarikan pada
kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman yang dihasilkan dari
aplikasi tekanan negatif (vakum). Mangkuk logam atau silastik akan memegang
kulit kepala yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk
dihubungkan dengan tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan),
melalui seutas rantai.
B.
Alat-alat Ekstraksi Vacum
1.
Mangkok ( cup )
Mangkok ini dibuat untuk membuat
kaputsuksedeniu buatan sehingga mangkuk dapat mencekam kepala janin. Sekarang
ini terdapat dua macam mangkuk yaitu mangkuk yang terbuat dari baha logam dan
plastic. Beberapa laporan menyebutkan bahwa mangkuk plastic kurang traumatis
disbanding dengan mangkuk logam. mangkuk umumnya berdiameter 4 cm sampai dengan
6 cm.
pada punggung mangkuk terdapat:
a.
Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik
b.
Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan
pipa penghubung
c.
Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala
janin ( point of direction )
d.
Pada vacuum bagian depan terdapat logam/ plastic yang
berlubang untuk menghisap cairan atau udara.
2. Rantai Penghubung
Rantai mangkuk tersebut dari logam dan berfungsi
menghubungkan mangkuk denga pemegang.
3. Pipa Penghubung
Terbuat dari pipa karet atau plastic lentur yang tidak akan
berkerut oleh tekanan negative.pipa penghubung berfungsi penghubung tekanan
negative mangkuk dengan botol.
4. Botol
Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan
cairan yang mungkin ikut tersedot ( air ketuban, lendir servicks, vernicks
kaseosa, darah, dll)
Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran :
a. Saluran manometer
b. Saluran menuju ke mangkuk
c. Saluran menuju ke pompa penghisap
5. Pompa penghisap
Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik
C.
Keuntungan Tindakan Ekstraksi Vacum
1. Cup dapat dipasang waktu kepala
masih agak tinggi, H III atau kurang dari demikian mengurangi frekwensi SC
2. Tidak perlu diketahui posisi kepala
dengan tepat, cup dapat di pasang di belakang kepala, samping kepala ataupun
dahi.
3. Tarikan tidak
dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan melalui
jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya.
4. Cup dapat di
pasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada pembukaan 8-9 cm, untuk
mempercepat pembukaan.untuk ini dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga
kepala menekan pada cervik. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk mencegah
robekan cervik. Di samping itu cup tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam untuk
menghindari kemungkinan timbulnya perdarahan pada otak.
5. Vacum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk
memutar kepala dan mengadakan fleksi kepala ( missal pada letak dahi ).
D.
Kerugian Tindakan Ekstraksi Vacum
Kerugian
dari tindakan fukum adalah waktu yang diperlukan untuk pemasangan cup sampai
dapat ditarik relative lebih lama ( kurang lebih 10 menit ) cara ini tidak
dapat dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti
misalnya pada fetal distress ( gawat janin ) alatnya relative lebih mahal
disbanding dengan forcep biasa.
E.
Bahaya-Bahaya Tindakan Ekstraksi Vacum
1.
Terhadap Ibu
Robekan bibir cervic atau vagina karena terjepit kepala bayi
dan cup
2.
Terhadap Anak
Perdarahan dalam otak. Caput succedaneum artificialis akan
hilang dalam beberapa hari,
F.
Etiologi
Ibu : Memperpendek kala II. misalnya:
Penyakit jantung kompensata, Penyakit paru-paru fibrotik.
Waktu : kala II yang memanjang
Janin : Gawat janin (masih kontroversi)
G.
Patofisiologi
Adanya beberapa
faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi
forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit
jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang
lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse
menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal.
Untuk
melahirkan secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi vacum/forsep.
Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya laserasi pada servuk
uteri dan vagina ibu. Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang
dapat mengakibatkan perdarahan intrakranial.
H.
Komplikasi
Komplikasi
Ekstraksi vakum
Ibu :
Perdarahan akibat atonia uteri/ trauma, Trauma jalan lahir, dan Infeksi
Janin : Ekskoriasi kulit kepala,
Sefalhematoma, Subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat direabsorbsi tubuh janin.
Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus
neonatorum yang agak berat. Nekrosis kulit kepala (scapnecrosis), dpt
menimbulkan alopesia, Pendarahan intrakranial, Jaundice, Fraktur kalvikula,
Kerusakan N VI dan VII.
I.
Terapi
Pada prinsipnya
tidak berbeda dengan perawatan postpartum biasa, hanya memerlukan perhatian dan
observasi yang lebih ketat karena kemungkinan terjadinya komplikasi lebih
besar, yaitu perdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi. Oleh karena
itu, perawatan setelah ekstraksi vacum memerlukan profilaksis pemberian infus
sampai terjadi keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi otot
rahim menjadi kuat, dan pemberian antibiotika untuk menghindari infeksi.
J.
Penatalaksanaan
Persiapan
Tindakan
Persiapkan ibu
dalam posisi litotomi, kosongkan kandung kemih dan rektum, bersihkan vulva dan
perineum dengan antiseptik, dan beri infus bila diperlukan. Siapkan alat-alat
yang diperlukan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN EKSTRAKSI VACUM
A.
Pengkajian
pengkajian post partum menurut Doenges (2001 : 387)
antara lain :
1.
Aktivitas atau istirahat
Dapat tampak berenergi atau kelelahan atau keletihan, mengantuk.
Dapat tampak berenergi atau kelelahan atau keletihan, mengantuk.
2.
Sirkulasi
Nadi biasanya lambat (50 sampai 70 dpm) karena hipersensitivitas vagal. Tekanan darah bervariasi, mungkin lebih rendah pada respons terhadap analgesia atau meningkat pada respons terhadap pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan.
Edema bila ada, mungkin dependen atau dapat meliputi ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum. Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400-500 ml untuk kelahiran vaginal atau 600-800 ml untuk kelahiran sesarea.
Nadi biasanya lambat (50 sampai 70 dpm) karena hipersensitivitas vagal. Tekanan darah bervariasi, mungkin lebih rendah pada respons terhadap analgesia atau meningkat pada respons terhadap pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan.
Edema bila ada, mungkin dependen atau dapat meliputi ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum. Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400-500 ml untuk kelahiran vaginal atau 600-800 ml untuk kelahiran sesarea.
3.
Integritas ego
Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah, misalnya eksitasi atau perilaku menunjukkan kurang kedekatan, tidak berminat (kelelahan).
Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah, misalnya eksitasi atau perilaku menunjukkan kurang kedekatan, tidak berminat (kelelahan).
4.
Eliminasi
Hemoroid sering ada dan menonjol. Kandung kemih mungkin teraba di atas simfisis pubis. Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran urinarius.
Hemoroid sering ada dan menonjol. Kandung kemih mungkin teraba di atas simfisis pubis. Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran urinarius.
5.
Makanan atau cairan
Dapat mengeluh haus, lapar atau mual.
Dapat mengeluh haus, lapar atau mual.
6.
Neuro sensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anestesia spinal atau analgesia kauda. Hiperfleksia mungkin ada.
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anestesia spinal atau analgesia kauda. Hiperfleksia mungkin ada.
7.
Nyeri atau ketidaknyamanan
Dapat melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber, misalnya setelah nyeri, trauma jaringan atau perbaikan episiotomi, kandung kemih penuh atau menggigil.
Dapat melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber, misalnya setelah nyeri, trauma jaringan atau perbaikan episiotomi, kandung kemih penuh atau menggigil.
8.
Keamanan
Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit. Perbaikan episiotomi utuh, dengan tepi jaringan merapat.
Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit. Perbaikan episiotomi utuh, dengan tepi jaringan merapat.
9.
Seksualitas
Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilikus. Drainase vagina atau lokhea jumlahnya sedang, merah gelap, dengan hanya beberapa bekuan kecil. Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis atau rabas. Striae mungkin ada pada abdomen, paha dan payudara. Payudara lunak, dengan puting tegang.
Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilikus. Drainase vagina atau lokhea jumlahnya sedang, merah gelap, dengan hanya beberapa bekuan kecil. Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis atau rabas. Striae mungkin ada pada abdomen, paha dan payudara. Payudara lunak, dengan puting tegang.
10. Penyuluha
atau pembelajaran
Catat obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan jumlah.
Catat obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan jumlah.
11. Pemeriksaan
diagnostik
Hemoglobin atau hematokrit, jumlah darah lengkap, urinalisis.
Hemoglobin atau hematokrit, jumlah darah lengkap, urinalisis.
B.
Diagnosa keperawatan
1.
Kekurangan volume cairan b.d
kehilangan vaskular berlebihan.
2.
Resti infeksi b.d prosedur
invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan terhadap patogen.
3.
Resti cedera b.d trauma jaringan,
perubahan motilitas, efek-efek obat/penurunan sensasi.
4.
Kurang pengetahuan.
C.
Intervensi
keperawatan
Diagnosa I : Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.
Tujuan : Mendemonstrasikan
kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan.
Kriteria hasil :
o
TTV stabil,
o
Pengisian kapiler cepat,
o
Sensorium tepat, dan
o
Haluaran serta berat jenis urin
adekuat secara individual.
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Tinjau ulang
catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatikan factor-faktor penyebab
atau pemberat pada situasi hemoragi (mis: laserasi, fragmen plasenta
tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amniotic, atau retensi
janin mati selama lebih dari 5 mgg).
|
Membantu
dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk
mencegah atau membatasi terjadinya komplikasi.
|
2.
|
Kaji dan
catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut; simpan
bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter.
|
Membantu
dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk
mencegah atau membatasi terjadinya komplikasi.
|
3.
|
Kaji lokasi
uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan
uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua tepat di atas
simfisis pubis.
|
Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding.
Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan darah. Penempatan
satu tangan di atas simfisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama
masase.
|
4.
|
Perhatikan
hipotensi atau takikardi, pelambatan pengisian kapiler, atau sianosis dasar
kuku, membrane mukosa, dan bibir.
|
Tanda-tanda
ini menunjukkan hipovolemik dan terjadinya syok. Perubahan pada TD tidak
dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30%-50%. Sianosis
adalah tanda akhir dari hipoksia.
|
5.
|
Pantau
parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri
pulmonal, bila ada.
|
Memberikan
pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan pengisian.
|
6.
|
Lakukan tirah
baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal.
|
Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi aktivitas.
Pengubahan posisi yang tepat meningkatklan aliran balik vena, menjamin
persediaan darah ke otak dan organ vital lainnya lebih besar.
|
7.
|
Pertahankan
aturan puasa saat menentukan status/kebutuhan klien.
|
Mencegah
aspirasi isi lambung dalam kejadian di mana sensorium berubah dan atau
intervensi pembedahan diperlukan.
|
8.
|
Pantau
masukan dan haluaran; perhatikan berat jenis urin.
|
Bermanfaat
dalam memperkirakan luas/ signifikansi kehilangan cairan. Volume perfusi/
sirkulasi adekuat ditunjukkan dengan haluaran 30-50 ml/jam atau lebih besar.
|
9.
|
Berikan
lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis.
|
Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas dan kebutuhan metabolik.
|
10.
|
Kaji terhadap
nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina.
|
Hematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut pada laserasi
jalan lahir.
|
11.
|
Berikan
tekanan balik pada laserasi labial atau perineal.
|
Dapat
meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal atau perineal atau
hematoma terjadi.
|
12.
|
Pantau klien
dengan akreta plasenta (penetrasi sedikit dari miometrium dengan jaringan
plasenta), HKK, atau abrupsio plasenta terhadap tanda-tanda KID.
|
Tromboplastin
dilepaskan selama upaya pengangkatan plasenta secara manual yang dapat
mengakibatkan koagulopati.
|
13.
|
Kolaborasi Mulai infuse
1 atau 2 I.V. dari cairan isotonic atau elektrolit dengan kateter 18G atau
melalui jalur vena sentral.
|
Perlu untuk
infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan
volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.
|
14.
|
Berikan darah
lengkap atau produk darah (missal: plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai
indikasi.
|
Membantu menentukan beratnya masalah dan efek dari terapi.
|
15.
|
Berikan
obat-obatan sesuai indikasi:
oksitosin, metilergononovin maleat,
prostaglandin F2ά.
Magnesium sulfat (MgSO4)
Heparin
Terapi antibiotic (berdasarkan pada
kultur dan sensitivitas terhadap lokhia)
Natrium bikarbonat.
|
Antibiotik
bertindak secara profilaktik untuk mencegah infeksi atau mungkin diperlukan
untuk infeksi disebabkan atau diperberat pada subinvolusi uterus atau
hemoragi.
|
16.
|
Pantau
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:
Hb dan Ht
Kadar pH serum Trombosit, FDP,
fibrinogen, dan APTT.
Pasang kateter urinarius
indwelling.
|
Membantu
dalam menentukan jumlah kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mgHb.
Pada syok lama, hipoksia jaringan dan asidosis dapat terjadi sebagai respon
terhadap metabolisme anaerobik.
|
17.
|
Bantu dengan
prosedur-prosedur sesuai indikasi:
separasi manual dan penglepasan
plasenta.
pemasangan kateter indwelling besar
ke dalam kanal servikal.
Penempatan kembali uterus atau
tampon bila inverse kira-kira akan terjadi.
|
Perbaikan
pembedahan terhadap lasersi/episiotomi, insisi/evakuasi hematoma, dan
pengangkatan jaringan tertahan akan menghentikan perdarahan. Histerektomi
abdominal segera diindikasikan untuk perlekatan plasenta abnormal.
|
Diagnosa 2 : Resti infeksi b.d
prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan terhadap patogen.
Tujuan :
o
Bebas dari infeksi.
o
Pencapaian tepat waktu dalam
pemulihan luka tanpa komplikasi.
No.
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
|
Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebelumnya.
|
Kondisi dasar ibu, seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan potensial
risiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Infeksi dapat mengubah
penyembuhan luka.
|
2.
|
Kaji terhadap tanda/gejala infeksi (mis. peningkatan suhu, nadi, jumlah
sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina. Berikan perawatan perineal
sedikitnya setiap 4 jam.
|
Menurunkan resiko infeksi asenden.
|
3.
|
Kolaborasi Lakukan persiapan kulit praoperatif, scruc sesuai protokol.
|
Menurunkan resiko kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan risiko
infeksi pascaoperasi.
|
4.
|
Dapatkan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi.
|
Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan.
|
5.
|
Catat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht), catat perkiraan kehilangan
darah selama prosedur pembedahan.
|
Risiko infeksi pasca-melahirkan dan penyembuhan buruk meningkat bila
kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan.
|
6.
|
Berikan antibiotik spektrum luas parenteral pada praoperasi.
|
Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah terjadinya proses
infeksi, atau sebagai pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi.
|
Diagnosa 3 : Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan
motilitas,efek-efek obat/penurunan sensasi
Tujuan : Bebas dari cedera
No.
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
|
Lepaskan alat prostetik (mis, lensa kontak, gigi palsu/kawat gigi) dan
perhiasan.
|
Menurunkan resiko cedera kecelakaan.
|
2.
|
Tinjau ulang catatan persalinan, perhatikan frekuensi berkemih, haluaran,
penampilan, dan waktu berkemih pertama.
|
Dapat menandakan retensi urin atau menunjukkan keseimbangan cairan atau
dehidrasi pada klien yang sedang bersalin.
|
3.
|
Pantau haluaran dan warna urin setelah insersi kateter indwelling.
Perhatikan adanya darah dan urin.
|
Menunjukkan tingkat hidrasi, status sirkulasi dan kemungkinan trauma
kandung kemih.
|
4.
|
Kolaborasi Dapatkan specimen urin untuk
analisis rutin, protein, dan berat jenis.
|
Risiko meningkat pada klien bila proses infeksi atau keadaan hipertensif
ada.
|
Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan
Tujuan :
o
Mengungkapkan pemahaman tentang
indikasi ekstraksi forsep/vakum.
o
Mengenali ini sebagai metode
alternatif kelahiran bayi.
No.
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
|
Kaji kebutuhan belajar.
|
Metode kelahiran ini
didiskusikan pada kelas persiapan melahirkan anak, tetapi banyak klien gagal
untuk menyerap informasi karena ini tidak mempunyai makna pribadi pada
waktunya. Klien yang mengalami lagi kelahiran melalui ekstraksi forsep/vakum
tidak dapat mengingat dengan jelas atau memahami detil-detil melahirkan
sebelumnya.
|
2.
|
Catat tingkat stress dan apakah
prosedur direncanakan atau tidak.
|
Mengidentifikasi kesiapan
klien/ pasangan untuk menerima informasi.
|
3.
|
Berikan informasi akurat dengan
istilah-istilah sederhana. Anjurkan pasangan untuk mengajukan pertanyaan dan
mengungkapkan pemahaman mereka.
|
Memberikan informasi dan
mengklarifikasi kesalahan konsep. Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi
pemahaman klien/ pasangan terhadap situasi.
|
4.
|
Tinjau ulang indikasi-indikasi
terhadap pilihan alternatif kelahiran.
|
Perkiraan satu dari 5 atau 6
kelahiran melalui ekstraksi forsep/vakum, seharusnya dilihat sebagai
alternative bukan cara yang abnormal, untuk meningkatkan keselamatan dan
kesejahteraan maternal/ janin.
|
5.
|
Gambarkan prosedur sebelum
tindakan dengan jelas, dan berikan rasional dengan tepat.
|
Informasi memungkinkan klien
mengantisipasi kejadian dan memahami alasan intervensi/ tindakan.
|
6.
|
Berikan penyuluhan setelah
tindakan, termasuk instruksi latihan kaki, batuk dan napas dalam.
|
Memberikan teknik untuk
mencegah komplikasi yang berhubungan dengan stasis vena dan pneumonia
hipostatik.
|
7.
|
Diskusikan sensasi yang
diantisipasi selama melahirkan dan periode pemulihan
|
Mengetahui apa yang dirasakan
dan apa yang “normal” membantu mencegah masalah yang tidak perlu.
|
D.
Implementasi
Melakukan apa yang harus kita lakukan pada saat itu sesuai
dengan apa yang telah diintervensikan. Dan mencatat setiap tidakan yang
dilakukan pada pasien.
E.
Evaluasi
Evaluasi keperawatan di sesuaikan dengan kriteria hasil
dan tujuan yang ada
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ekstraksi vacuum adalah persalinan buatan dimana janin
dilahirkan dengan ekstraksi tekanan negative ( sedot ) pada kepala dengan
menggunakan ekstraktor vacuum ( ventouse ) dari maelstrom.
Model persalinan yang dibantu ini hanya menimbulkan sedikit
trauma pada jaringan ibu. Laserasi kulit kepala dan cepal hematoma merupakan
komplikasi utama pada penggunaan alat ini, namun mayoritas penyulit tersebut
adalah akibat seleksi yang buruk dan pemaksaan persalina pervaginan dengan
segala resiko.
Traksi pada vakum yang menempel pada kepala saat melewati
perineum dapat lebih mengendalikan distensi perineum, dan bahkan dapat
menghindari perlunya episiotomi.
B.
Saran
Diharapka setelah membaca makalah ini kita sebagi perawat
mampu melakukan tindakan vacuum ekstraksi sesuai dengan prosedur keperawatan
yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. Rencana Perawatan Maternal/Bayi,
Edisi 2. 2001. Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. 2006.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
(diakses tanggal 22 Maret 2009)
(diakses tanggal 22 Maret 2009)
(diakses tanggal 22 Maret 2009)
(diakses tanggal 22 Maret 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar